Minggu, 28 Juni 2015
Minggu, Juni 28, 2015 1

CALON IMAM, DENGARKAN AKU WALAU HANYA SATU DETIK



Kita coba menapaki tebing yang terjal. Bukan untuk saling unjuk kekuatan. Bukan untuk saling unjuk kemampuan. Tapi karena ini memang jalan yang telah digariskan. Sebagaimana kita bisa melewatinya dengan tak lupa memperdulikan sekitar. Sebagaimana kita bisa tetap berpegang teguh tanpa berusaha saling menjatuhkan.

CALON IMAM, DENGARKAN AKU WALAU HANYA SATU DETIK

Duhai calon imamku dimanapun kamu.. Bolehkah dalam harapku, ku ungkapkan beberapa permintaan untukmu?



Aku bukan perempuan yang gila hartamu, bukan perempuan yang bernafsu merebut kekuasaanmu. Aku hanya ingin menjadi perempuan yang selalu berada di sampingmu, menemanimu, ikut merasakan sekeras apa perjuanganmu. Aku hanya ingin kelak, ketika semua orang begitu bangga padamu, kamu tak lupa untuk tetap menoleh ke arahku.


Hai kamu yang tak pernah bosan ku ucap dalam do'a..


Sudikah kamu untuk jadi panutan terbaikku?
Nanti, mungkin kamu akan nampak seperti penjahat yang mengambilku dari orang tuaku. Saat itu, apa kamu yakin mampu mengambilku dengan cara yang paling baik? Mereka membesarkanku dengan cara yang baik, mendidikku untuk selalu bertutur kata yang baik. Apa kamu bisa melakukan hal yang sama nantinya?

Mungkin terlalu dini untukku berangan-angan, tapi setidaknya aku punya harapan.
Aku butuh kamu yang tak mengutamakan nada tinggi saat menasehatiku. Aku butuh kamu yang ketika aku salah justru mengusap kepalaku penuh kelembutan sembari berkata, "Sayang, jangan seperti itu". Aku pikir itu cara yang paling halus yang bisa kamu lakukan untuk menegurku.


Hai kamu yang masih rahasia..

Aku berjanji, aku tak akan membuatmu merasa direndahkan saat bersamaku. Aku begitu paham, bahwa kaulah pemimpin sebenarnya di surga kecil kita nanti.
Hei, bukankah pemimpin juga butuh penasehat? Bolehkah aku jadi penasehatmu? Mengingatkanmu pada detail kecil yang kau abaikan misalnya. Iya, aku tahu mungkin kamu tak butuh itu, mungkin kamu hanya ingin ditemani tanpa mendengar ocehan tak penting dariku. Tapi bolehkah sebentar saja kau saring ocehanku? Apa benar-benar tak ada yang bisa kau ambil sedikit pun?



To be continued,
Dariku yang tak hanya ingin sehidup semati bersamamu, tapi juga sehidup sesurga bersamamu.