Hujan, aku mohon.. datanglah walau hanya sebentar, datanglah walau hanya sedikit membasahi tanah tandus ini. Hujan.. aku mohon.. bantu aku, bantu aku menghanyutkan semua kisah aku sama dia. Aku nggak mau rasa ini semakin menggumpal hanya untuk orang yang salah. Aku nggak mau segala rasa yang tertinggal ini menjadi penyumbat aliran langkahku untuk menggapai masa depan.
Aku langsung nanya soal sms itu ke Ivan, dia bilang itu sms salah kirim. Tapi logikanya, ya masak sms salah kirim langsung nanya lagi apa sih? Kayaknya ada something wrong disini. Oke, aku iyain aja tanpa melupakan. Iya, aku tetep penasaran dan pingin tau itu sebenernya siapa.
Akhir-akhir ini aku sama dia emang suka jarang kontek-kontekan sih, ya you knowlah dia siapa. Kesibukannya emang kadang suka bikin komunikasi kita nyandet-nyandet kek signal tanpa subsidi yang mahal itu. Dia lagi sibuk di forum, iya semacam bimbingan atau pelatihan gitulah, aku juga gak paham. Yang aku tahu itu forum se Jawa Timur, dimana dia bisa ketemu sama banyak siswa-siswa lain dari SMP-SMA/SMK yang juga terpilih buat wakilin sekolah mereka masing-masing.
Eh, tunggu.. Apa dia lagi punya gebetan baru ya?
Ah, masak sih? Setahu aku dia sayang banget sama aku. Duh, gabole keliyatan bodoh kan? Oke aku harus cari tau.
***
Makin kesini aku makin ngerasa sikapnya janggal banget. Kalau kemarin-kemarin kan sesibuk apa pun dia pasti nyempetin buat ngabarin aku, lhah sekarang?? Sms sekali aja kadang dia juga lupa.
Sampai suatu hari dia bener-bener gak ada kabar seharian. Aku bingung cari tau soal dia. Ah, apa? Bingung?? Iya, ini rasanya seperti bingung yang bertepuk sebelah tangan.
"Mbak, mbak tau ndak Ivan kemana?" Kalimat lelahku mulai terdengar dari ujung telpon mbak Mia, kakaknya Ivan.
"Eh, Lala. Lho, Ivannya kan lagi main ke pantai, La. Memangnya ndak sama kamu? Mbak pikir sama kamu. Ini juga dia belum pulang."
What?? Pantai??
Ah, sial. Aku bener-bener uda gak dianggep kalau kayak gini caranya.
Hah?? Memangnya aku siapa?? Cuma pacar gini >.<
Hari ini hati aku bener-bener dongkol. Rasanya kayak ditabokin sama kaki gajah tauk. Sakiiiiittttt.
Rasanya pengen banget marah, pengen banget ngeluapin semua rasa kecewa aku ke dia. Tapi apa? Aku cuma cewek, yang marah pun aku harus terlihat anggun kan? Yap, cara paling tepat adalah, diam.
Malemnya dia ke rumah.
"La, maaf ya aku hari ini ndak ada ngabarin kamu sama sekali". Dia ngomong tanpa beban banget, dan aku? Iya iya aja, ho-oh ho-oh aja >.<
***
Hari ini seperti biasa, kalau dia ada waktu luang dia sempetin jemput aku PSG terus kita jalan bareng. Tapi sepanjang perjalanan aku ngerasa ini bener-bener kayak bukan dia, feelnya itu gak dapet banget, ada yang aneh.
Dan kecurigaanku pun bener-bener berwujud.
"La, aku pengen kita break dulu ya"
"Apa, Van? Break? Untuk apa?" Nangis kan aku jadinya.
"Kita keknya akhir-akhir ini sering marahan deh, sering jutek-jutekan gitu. Aku pengen kita introspeksi diri dulu. Aku juga lagi ada masalah soalnya, aku gamau masalah aku sampe berimbas ke kamu."
"Tapi aku ada salah apa sama kamu, Van? Aku tuh akhir-akhir ini ngerasa sikap kamu ke aku berubah banget. Oke memang selama ini aku selalu milih diem. Tapi kenapa Van? Kenapa? Apa kita gabisa bicarain baik-baik? Kenapa harus break, Van?" Eh, buset dah makin kenceng aku nangisnya.
"Iya, aku tau mungkin kamu sekarang ngerasa banyak yang berubah dari aku, banyak yang berubah sama sifat sikap aku. Nanti kalau masing-masing dari kita udah tau salahnya masing-masing, kepalanya juga udah dingin, baru kita ketemu lagi, gimana?"
"Yaudalah, Van. Terserah kamu aja". Aku lelah berdebat. Iya, aku paling malas berdebat, apalagi soal hati.
***
Seminggu kelabu udah berhasil aku lewati dengan awan mendung yang tak juga singgah dari kepalaku, dengan kamu yang seperti kepulan asap yang selalu berhasil memenuhi ruang-ruang kosong di otakku, dengan kamu yang mungkin sekarang malah sudah berhenti memikirkanku. Entahlah, aku seperti ingin menyerah tapi juga ingin bertahan. Aku begitu menyayanginya yang selalu menyuguhkan kenyamanan untukku. Tapi aku juga mulai lelah harus tetap diam dengan segala rasa yang berkecamuk di hatiku.
"La, kita udahan aja ya. Aku gabisa nerusin semua ini, La. Maafin aku yang berhenti perjuangin kamu, La. Maafin aku.."
SMS itu tiba-tiba muncul di layar HP ku. Ivan minta kita udahan, iya, Ivan minta kita putus. Rasanya bintang gemerlap yang dia suguhkan seperti jatuh satu persatu. Aku bingung, masih banyak pertanyaan di benakku dan tak satupun dari pertanyaan itu terjawab.
Hingga esoknya aku melihat post foto dia sama cewek lain di FB dia. Iya, sama cewek lain. Jadi dia yang udah berhasil gantiin posisi aku sekarang? Parahnya lagi aku tau mereka udah jadian. Dan jadiannya itu pas Ivan masih sama aku. Iya, Ivan selingkuh. Ivan gak ngehargain kesetiaan aku sama sekali.
Hai, cantik, siapa pun kamu. Makasih ya, makasih udah hadir diantara aku dan Ivan. Makasih karena dengan kehadiranmu aku jadi tau bahwa rasa sayang Ivan untukku tak setebal rasa sayangku untuk dia. Makasih karena dengan kehadiranmu aku juga jadi tau, bahwa dia memang tak pernah benar-benar ingin mempertahankanku.
Pelangi, aku tahu kamu indah. Aku tahu kamu bisa menyunggingkan senyuman di raut wajahku. Tapi kini, aku harus menerima kenyataan bahwa hadirmu memang hanya untuk sementara. Menyuguhkan keindahan untukku, lalu pergi.
Oleh : Chikita Nawaristika
=======================================================
Baca cerita sebelumnya di :